Minggu, 30 November 2008

Pan Balangtamak

Cerita rakyat


Zaman dahulu kala di Bali hiduplah seorang tokoh yang terkenal dengan nama Pan Balangtamak. Ia adalah seseorang yang jenaka, sama dengan Kabayan tokoh jenaka dari Sunda. Di sini saya mau ceritakan, salah satu dari kisahnya.
Suatu hari Pan Balangtamak sedang risau, ia sedang bertengkar dengan istrinya. Sebabnya, Babi kesayangan piaraan istrinya mati karena Pan Balangtamak tidak becus mengurusnya. Jadi, saat sang istri pergi menengok kakeknya ia menyerahkan pengurusan piaraannya ke Pan Balangtamak. Namun, Pan Balangtamak selama dititipi babi itu. Sama sekali ia tidak memberinya makan. Ia lupa dengan amanat dari istrinya itu, ia malah asyik minum-minuman tuak dengan kawan-kawannya. Hingga akhirnya babi itu mati.
Dan betapa kagetnya saat tiba di rumahnya, ia melihat babinya sudah lemah terbujur kaku. Si istrinya pun langsung memaki Pan Balangtamak yang telah lalai dengan tugasnya itu.
Karena tidak terima dengan omelan sang istri Pan Balangtamak pergi keluar dari rumahnya. Ia berjalan menuju sebuah kerumunan orang yang sedang mendengarkan maklumat tentang kebersihan dari perbekel(kepala desa).
Di desa ini perbekelnya memang orang yang paling ditakuti. Perbekel ini dikenal sebagai orang yang paling ditakuti. Selain karena jago berkelahi, ia juga berperawakan menyeramkan dengan kumis melintang dan badan yang kekar.
Otomatis para warga mendengarkan dengan serius pidato tentang kebersihan yang saat ini sedang diumumkan.
Ditengah-tengah acara tersebut, tiba-tiba terdengar suara ribut-ribut dari belakang kerumunan itu. Perbekel pun menjadi marah, ia lalu menyuruh pamongnya untuk mencari asal muasal kericuhan itu. Setelah diteliti, Para Pamong membawa dua orang yang dianggap sebagai penyebab masalah. Salah satu diantaranya adalah Pan Balangtamak. Melihat hal itu sang perbekel pun menjadi marah, ia lalu bertanya pada orang yang tadi bersama Pan Balangtamak.
“Beraninya! Kau membuat kericuhan disaat aku sedang berbicara!? Apa kau sudah tak menghargai aku lagi!?! HAH!!!” marah perbekel.
“M..maaf Ki Bekel, hamba tidak bermaksud menyinggung Ki Bekel. Hamba cuma kesal, karena tadi Pan Balangtamak menyuruh hamba makan tai anjing. Maka, dari itu hamba marah dan berteriak-teriak tadi.”
“Betul begitu! Balangtamak?” tanya Ki Bekel.
“Benar, tuan,” jawab Pan Balangtamak.
“Berani sekali kau! Apa kau sudah bosan hidup!?!”
“Bukan begitu maksud hamba, tadi hamba hanya mengatakan pada orang ini. Kalau ia mau makan tai anjing di sana tadi. Ia akan hamba beri lima keping uang emas,” jelas Pan Balangtamak.
Mendengar penuturan Pan Balangtamak, Ki Bekel diam sejenak. Sambil didalam hatinya bergumam, “ Rupanya sudah Gila dia!” Kemudian setelah merenung agak lama, Ki Bekel berkata:
“Hey, pamong tolong bawa tai anjing yang jadi pembawa masalah itu ke sini!”
Si Pamong yang diperintahkan segera menjalankan. Dengan jijik ia menyerok dengan daun tai anjing berwarna hitam pekat itu dan membawanya ke hadapan perbekel. Kemudian sang perbekel menyuruh pamong menaruh tai anjing itu di hadapan Pan Balangtamak.
“Sekarang aku minta kau makan tai anjing itu! Kalau kau mau maka aku akan memberikanmu seratus keping emas,” perbekel lalu mengeluarkan sejumlah keping emas yang dimaksudkannya itu di hadapan Pan Balangtamak. Para warga pun terpukau melihat uang emas segitu banyak, tapi siapa mau mendapatkan uang sebanyak itu dengan memakan tai anjing.
“Tapi...,” ia melanjutkan. “Kalau kau tidak bisa memakan atau memuntahkan tai anjing ini. Maka lehermu akan kutebas sampai putus dengan kelewang ini,” sang perbekel memperlihatkan kelewangnya yang tampak terasah tajam itu. Orang-orang pun menjadi ngeri dengan apa yang akan terjadi nanti.
Tanpa ragu sedikit pun Pan Balangtamak mengambil tai anjing itu. Dan memasukan tai anjing itu ke mulutnya dengan tangannya sendiri. Pan Balangtamak terlihat mendelik-delik saat tai anjing itu mau masuk ke kerongkongannya.
Sang perbekel pun sudah siap dengan kelewangnya. Apabila Pan Balangtamak memuntahkan tai anjing itu.
Namun kemudian.....
Akhirnya Pan Balangtamak berhasil menelannya tanpa sisa sedikit pun. Dengan cepat Pan Balangtamak memasukan uang taruhan yang dijanjikan perbekel tersebut ke dalam kantungnya. Kemudian ia pergi meninggalkan tempat itu, sang perbekel hanya geleng-geleng kepala saja melihat tingkah Pan Balangtamak. Disaat bersamaan acara mendengarkan perbekel tentang kebersihan dibubarkan oleh perbekel sendiri. Satu persatu warga pulang dengan bermacam-macam pikiran di kepalanya. Hampir semuanya memikirkan tentang Pan Balangtamak, banyak orang beranggapan ia sudah “gila”.
Lalu kemana perginya Pan Balangtamak. Sesudah ia mengantongi seratus keping emas pemberian perbekel ia segera pulang menemui istrinya. Ia lalu menenangkan istrinya yang masih tampak menangis memikirkan babinya yang mati.
“Sudah jangan menangis. Ini aku berikan seratus keping emas besok kamu bisa beli sepuluh ekor babi dengan uang itu. Anggap saja itu balasan karena kau telah membantuku membuatkan dodol semalam,” hibur Pan Balangtamak.
Sang istri menerima uang emas itu dengan gembira. Tapi kemudian ia jadi heran dan bertanya.
“Darimana Kakang dapat uang sebanyak ini. Dan untuk apa dodol yang kakang buat semalam?"
Pan Balangtamak lalu menceritakan seluruh perihal kejadian yang ia lakukan. Namun, diakhir cerita tiba-tiba sang istri terkejut.
“Jadi...?”
“Ya, mereka pikir yang aku makan itu tai anjing padahal bukan.”


Cerita ini dikutip dari buku cerita berjudul “Pan Balangtamak” yang saya lupa siapa namapengarangnya.

Tidak ada komentar: